>Gaduhnya Hujan

25 10 2009

>Baru kemarin kutemui Sang Hujan
Begempita sambil teriak tak karuan

Kemarin aku pulang ke peraduanku
Bayang tubuh sudah melebihi tinggi
Dan matahari terus makin memerah

Pamit pada budhe terkira pialang hujan
Berangkat menunggang kuda putih
Belum sampai seberang jembatan terguyur

Ditampar hujan bukan hal enak
Tapi ku coba menikmati hujan itu
Kaki yang mengambang bersensasi baru
tiap genangan air berdatangan
Aspal licin untuk seluncuran

Dalam senandung duka seorang kesepian
Hujan itu tetap menggaduh
Hingga akhirnya terjemput 3 malaikat
Dan aku sampai di peraduanku. . .





>Lelap

28 09 2009

>Hm. . .
pelupuk mata ini mengapa begitu lekat?
Tak sanggup ia membuka jendela
Dunia tetap saja gelap
nyawa yang beterbangan menjadi bayangan
sanubari yang menggila segera
yah. . .kini lelap





>Dimar Cicak

27 09 2009

>Dimar itu jadi mendiangan
Cicak tak bertuan itu meratap pada dinding
Di sela nyawa-nyawa yang terkapar
Menunggu keputusan pengadilan Tuhan
Bernafas atau lepas
Di sinilah mula dari seribu tirta
Di sini, rumah sakit