>Variabel Jenuh, Rapuh

30 08 2010

>Masih terderai sebingkai pertanyaan yang tak kunjung usang
Masih menuntut terelakkan oleh satu kenyamanan
Tapi apa ?
Aku masih begini…

Kurungan lembut suatu komitmen ternyata mengguruiku
Merujukku pada sebuah kenyataan, penat

Ya… aku terhentikan, terselesaikan
Dalam ruang berdimensi empat
Kenapa variabel jenuh justru rapuh ?





>CERITA HIDUP

30 08 2010

>Hidup memang hanya sebuah cerita
Hanya alur-alur yang berdesakan
Hanya skenario yang bergumam

Tak berpeluh dimana semua rapuh
Masih terikat sentil malam
Masih terinjak siang pekat

Kidung kelembaman yang tak kunjung berulang
Menoreh satu melody
Cerita…





>Aku, Kau, dan Dia, Tak Ubahnya Sama

30 08 2010

>Seorang penenggak air putih sempat bertanya,
Kesetiaan itu, pilihan atau komitmen ?

Sang penikmat hujan mulai mencari kunci
Mencoba menerka apa yang aku mau, ataukah itu jawabnya ?
Komitmen.
Kenapa, sayang ?

Lantas seseorang juga menjawab, Dia
Both of them, memilih untuk berkomitmen

Hm… tersungging rapi sebuah senyum puas, aku
Jadi inilah kenapa dulu aku berinsting…
Dan aku tak mengulang insting itu

Aku, Kau, dan Dia, tak ubahnya sama





>Jangan Pulang

15 05 2010

>Merapuh…
Makin Rapuh…
Bahkan yang aku perjuangkan tak menyapa
Tak mengerti, atau
Tak mau mengerti ?

Kembali limbung
Dan burung ini pun jadilah diberi punggung

Sayang, jangan pulang





>Genderang Tak Beraturan

19 03 2010

>Hengkang…
Entah kenapa Yang Tak Bernama itu tandus,
Ketika masih berhadapan jejak yang belum kering
Ketika masih berharap akan ada jejak lagi, tapi terbalik
Dengan lima jari mendatangiku…

Ouch!!!
Memaksa mata mendelik…
Heh, apa kau mau main petak umpet?
Oops!!
aku lupa tentang nama
nama yang tak mau mengeja…
Heh, memangnya kau anak TK?

Hah…
Perkusi itu makin tak bertuan
Makin awut-awutan
Menabuh sembarangan
Berlompatan dan beterbangan
kenapa?

Ah. . .
memang tak pernah akan mau mengerti. . .
Bahkan pukulan genderang itu makin tak beralasan

Aku masih di sini
Tapi sutradara menuduhku pergi
Ternyata ia yang menabuh tak beraturan

Yah…
seberapapun aku beralibi
Itu tak berarti
Aku mengerti
Karna aku hanya sampah,
Yang dipungut saat gundah. . .

nb:
merindumu yang menuduhku macam2